BAB III
KEIMANAN DAN KETAKWAAN
A. PENGERTIAN
IMAN DAN TAKWA
Iman
berasal dari bahasa arab amina, yu’minu, imanan yang
secara harfiah berarti keyakinan, dan tersirat adanya perbuatan. Oleh
karenanya, dalam realisasi (pengamalan)-nya, iman itu perlu adanya perbuatan
yang sesuai dengan yang kita yakini. Sebagai contoh misalnya kita beriman
adanya Allah, maka untuk membuktikannya kita harus mematuhi segala yang
diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam surat al-Hujurat ayat 15 Allah menegaskan
bahwa iman yang diterima dan yang benar adalah keyakinan yang tidak dicampuri
dengan keraguan dan amalan yang diantaranya berupa jihad dengan harta dan jiwa di
jalan Allah.
Sebab
keyakinan hati saja tidaklah cukup sebagai syarat diterimanya iman. Iblis saja
berkeyakinan akan adanya Allah, hal ini sebagaimana ucapan Iblis yang tercantum
abadi dalam surat Shad ayat 79. Sekalipun demikian, karena kesombongannya sehingga
ia tidak mau melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, maka Allah
telah mengkafirkan Iblis. Hal ini ditegaskan Al-Quran dalam surat al-Baqarah
ayat 34. Jadi
iman yang benar adalah yang meliputi dua hal, yaitu: pertama, keyakinan kuat yang
tidak dicampuri dengan keraguan. Kedua perbuatan yang membuktikan keyakinan itu
dan ia merupakan buahnya iman. Oleh karenanya secara
istilah iman merupakan kepribadian yang mencerminkan suatu keterpaduan
antara kalbu, ucapan dan perilaku menurut ketentuan Allah, yang disampaikan
oleh malaikat kepada Nabi Muhammad. Hal ini sebagaimana
dijelaskan oleh Imam Ali bin Abi Thalib:
الإِيمَانَ:
مَعْرِفَةُ بِالْقَلْبِ, وَإِقْرَارُ بِالْلِسَانِ, وَعَمَلُّ بِالْأَرْكَانِ
Artinya: “Iman adalah makrifat dengan hati, pengakuan
dengan lidah, dan tindakan dengan anggota-anggota badan.”
Adapun takwa, secara bahasa berasal dari kata waqaa
yang berarti menjaga, memelihara, melindungi. Sedangkan secara istilah
(terminologis) diartikan dengan melaksanakan segala yang diperintah Allah SWT
dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah baik secara terang-terangan maupun
secara rahasia.
B. WUJUD IMAN
Seperti telah dijelaskan di muka, iman bukanlah
sekedar percaya, melainkan keyakinan seorang muslim berbuat amal saleh.
Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
mendorongnya untuk mengikrarkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinannya. Dalam Islam dikenal dengan istilah rukun Iman, yakni iman kepada
Allah SWT, Kitab Suci, Para Rasul, Malaikat-malaikat, Hari Akhir, dan pada
Qadha dan Qadar. Demikian itulah setidaknya wujud keimanan.
Adapun takwa wujudnya berupa tindakan-tindakan untuk
melaksanakan segala perintah ajaran agama dan untuk menghindari segala
larangan-larangan agama yang timbul dari rasa kagum kepada Allah SWT.
C. PROSES TERBENTUKNYA IMAN DAN TAKWA
Benih iman bias dibawa sejak dalam kandungan dan bisa
pula didapati dari proses pencarian kebenaran akan nilai-nilai ketuhanan yang
ada pada diri manusia. Karena pada dasarnya semua manusia mempunyai benih-benih
keimanan tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam surat Al-‘Araf
(7): 172:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا
بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Rabbmu. Mereka
menjawab: Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb). (QS.
7:172)”
Berdasarkan ayat tersebut, nampaklah bahwa
manusia secara fitrah adalah suci dan baik, dan mempunyai bibit-bibit keimanan,
akan tetapi lebih disebabkan faktor-faktor luar yang mempengaruhinya untuk
menolak keimanan tersebut. Oleh sebab itulah, diperlukan pendidikan
agama di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Demikian jugalah ketakwaan.
Hal ini sebagaimana penjelasan Allah SWT dalam surat At-Tahrim (66) ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ
لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
D. TANDA-TANDA ORANG BERIMAN DAN BERTAKWA
Tanda-tanda orang beriman dijelaskan Allah SWT dalam
firman-Nya diantaranya adalah, orang beriman itu adalah asyaddu hubban lillah
(rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang
dituntut Allah kepadanya--- QS. 2: 165). Di surat Al-Hujurat (49): 15
dijelaskan bahwsa iman merupakan keyakinan yang tidak dicampuri dengan keraguan
dan amalan yang diantaranya berupa jihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah.
Dan lebih rinci tanda-tanda orang beriman dijelaskan dalam surat Al-Mu’minun
(23): 1-11 diantaranya yakni orang-orang yang khusyuk dalam shalat, menjauhi
dari yang tidak berguna, berzakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanat,
menjaga shalat.
Adapun
tanda-tanda orang bertakwa diterangkan dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 2-5
yakni, orang-orang yang mengimani Allah, mengimani kitab-kitab Allah, hari
kiamat, mendirikan shalat, berinfak baik dalam keadaan lapang maupun sempit,
menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, segera memohon ampun kepada
Allah ketika melakukan perbuatan keji dan zalim.
E. KORELASI ANTARA KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Dari penjelasan surat Al-Baqarah (2) ayat 2-5 mengenai
karakter orang yang bertakwa Nampak jelas hubungan antara keimanan dan
ketakwaan. Untuk bertakwa diperlukan syarat keimanan. Seseorang baru dapat
dikatakan bertakwa jika ia telah beriman terlebih dahulu. Dan sebaliknya
seorang beriman belum tentu dapat dikatakan bertakwa. Orang yang bertakwa
adalah mereka yang tingkat keimanannya telah sempurna.
F. PROBLEMANTIKA, TANTANGAN DAN RESIKO DALAM KEHIDUPAN MODERN
Manusia dalam kehidupannya tidaklah selalu dalam
keadaan yang menyenangkan, manusia terkadang bersentuhan dengan masalah-masalah
yang terkadang rumit. Problema yang dihadapi manusia terkadang bukan hanya
dalam satu bidang saja, melainkan juga tidak jarang dari berbagai bidang
kehidupan seperti bidang ekonomi, moral, social budaya dan lainsebagainya.
Terlebih di era kehidupan modern ini, mau tidak mau manusia harus menghadapi
perubahan yang begitu dahsyat yang mengharuskan manusia untuk beradaptasi
dengan perubahan yang sangat cepat itu. Tak jarang bahkan perubahan tersebut
membawa manusia pada keterasingan hidup dari agama, karena paham sekuler yang
menyebar dari Barat. Untuk itulah iman dan ketakwaan menjadi benteng bagi
manusia dalam kehidupannya.
G. PERAN IMAN DAN TAKWA DALAM MENJAWAB PROBLEM DAN TANTANGAN
KEHIDUPAN MODERN
Iman setidaknya mempunyai beberapa pengaruh dalam
kehidupan manusia diantaranya adalah melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan
materi, semangat berani menghadapi maut, memberi ketentraman jiwa, menanamkan
sikap ‘self help’ dalam kehidupan, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen. Sementara
itu ketakwaan memiliki manfaat dan hikmah diantaranya, mendapatkan hidayah dan
bimbingan dari Allah SWT, mendapat keberuntungan dalam kehidupan, mendapatkan
ampunan dan pahala dari Allah SWT, mendapatkan rezeki dari Allah SWt tanpa
diduga-duga (QS. Al-Hasyar/59:2), Mendapatkan barakah dari Allah SWT dalam
segala aspek kehidupan (QS. Al-A’raf/7: 97) dan menempati surge jannatunna’iim
(QS. Ali ‘Imran/3: 15).
Dari peran dan pengaruh iman dan takwa tersebut dalam
kehidupan, maka peran keduanya sudah tentu sangat urgen atau penting dalam
menjawab problema dan tantangan kehidupan modern sekarang ini. Keimanan dan ketakwaan akan memberikan kekuatan batin dan
jiwa manusia, sehingga orang yang imannya kuat serta bertakwa tidak akan pernah
gentar apalagi menyerah menghadapi berbagai cobaan hidup. Orang beriman dan
bertakwa tidak akan mudah putus asa,
karena mereka yakin bahwa Allah SWT selalu menyertainya. Kekuatan orang beriman
dan bertakwa didapati karena harapan kepada Allah. Al-Qur’an menegaskan dalam
surat Al-Hadid (57) ayat ke-4, ”Dialah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa
yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun
dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”
materi yang di sajikan cukup jelas dan mudah di pahami
BalasHapus