Selasa, 10 Juli 2012

BAB III MATERI IMAN DAN TAKWA



BAB III
KEIMANAN DAN KETAKWAAN

A. PENGERTIAN IMAN DAN TAKWA
Iman berasal dari bahasa arab amina, yu’minu, imanan yang secara harfiah berarti keyakinan, dan tersirat adanya perbuatan. Oleh karenanya, dalam realisasi (pengamalan)-nya, iman itu perlu adanya perbuatan yang sesuai dengan yang kita yakini. Sebagai contoh misalnya kita beriman adanya Allah, maka untuk membuktikannya kita harus mematuhi segala yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam surat al-Hujurat ayat 15 Allah menegaskan bahwa iman yang diterima dan yang benar adalah keyakinan yang tidak dicampuri dengan keraguan dan amalan yang diantaranya berupa jihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah.
Sebab keyakinan hati saja tidaklah cukup sebagai syarat diterimanya iman. Iblis saja berkeyakinan akan adanya Allah, hal ini sebagaimana ucapan Iblis yang tercantum abadi dalam surat Shad ayat 79. Sekalipun demikian, karena kesombongannya sehingga ia tidak mau melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, maka Allah telah mengkafirkan Iblis. Hal ini ditegaskan Al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat 34. Jadi iman yang benar adalah yang meliputi dua hal, yaitu: pertama, keyakinan kuat yang tidak dicampuri dengan keraguan. Kedua perbuatan yang membuktikan keyakinan itu dan ia merupakan buahnya iman. Oleh karenanya secara istilah iman merupakan kepribadian yang mencerminkan suatu keterpaduan antara kalbu, ucapan dan perilaku menurut ketentuan Allah, yang disampaikan oleh malaikat kepada Nabi Muhammad. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ali bin Abi Thalib:
الإِيمَانَ: مَعْرِفَةُ بِالْقَلْبِ, وَإِقْرَارُ بِالْلِسَانِ, وَعَمَلُّ بِالْأَرْكَانِ
Artinya: “Iman adalah makrifat dengan hati, pengakuan dengan lidah, dan tindakan dengan anggota-anggota badan.”
Adapun takwa, secara bahasa berasal dari kata waqaa yang berarti menjaga, memelihara, melindungi. Sedangkan secara istilah (terminologis) diartikan dengan melaksanakan segala yang diperintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah baik secara terang-terangan maupun secara rahasia.

B. WUJUD IMAN
Seperti telah dijelaskan di muka, iman bukanlah sekedar percaya, melainkan keyakinan seorang muslim berbuat amal saleh. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengikrarkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinannya. Dalam Islam dikenal dengan istilah rukun Iman, yakni iman kepada Allah SWT, Kitab Suci, Para Rasul, Malaikat-malaikat, Hari Akhir, dan pada Qadha dan Qadar. Demikian itulah setidaknya wujud keimanan.
Adapun takwa wujudnya berupa tindakan-tindakan untuk melaksanakan segala perintah ajaran agama dan untuk menghindari segala larangan-larangan agama yang timbul dari rasa kagum kepada Allah SWT.

C. PROSES TERBENTUKNYA IMAN DAN TAKWA
Benih iman bias dibawa sejak dalam kandungan dan bisa pula didapati dari proses pencarian kebenaran akan nilai-nilai ketuhanan yang ada pada diri manusia. Karena pada dasarnya semua manusia mempunyai benih-benih keimanan tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam surat Al-‘Araf (7): 172:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Rabbmu. Mereka menjawab: Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb). (QS. 7:172)”
Berdasarkan ayat tersebut, nampaklah bahwa manusia secara fitrah adalah suci dan baik, dan mempunyai bibit-bibit keimanan, akan tetapi lebih disebabkan faktor-faktor luar yang mempengaruhinya untuk menolak keimanan tersebut. Oleh sebab itulah, diperlukan pendidikan agama di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Demikian jugalah ketakwaan. Hal ini sebagaimana penjelasan Allah SWT dalam surat At-Tahrim (66) ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

D. TANDA-TANDA ORANG BERIMAN DAN BERTAKWA
Tanda-tanda orang beriman dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya diantaranya adalah, orang beriman itu adalah asyaddu hubban lillah (rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut Allah kepadanya--- QS. 2: 165). Di surat Al-Hujurat (49): 15 dijelaskan bahwsa iman merupakan keyakinan yang tidak dicampuri dengan keraguan dan amalan yang diantaranya berupa jihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah. Dan lebih rinci tanda-tanda orang beriman dijelaskan dalam surat Al-Mu’minun (23): 1-11 diantaranya yakni orang-orang yang khusyuk dalam shalat, menjauhi dari yang tidak berguna, berzakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanat, menjaga shalat.
Adapun tanda-tanda orang bertakwa diterangkan dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 2-5 yakni, orang-orang yang mengimani Allah, mengimani kitab-kitab Allah, hari kiamat, mendirikan shalat, berinfak baik dalam keadaan lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, segera memohon ampun kepada Allah ketika melakukan perbuatan keji dan zalim.

E. KORELASI ANTARA KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Dari penjelasan surat Al-Baqarah (2) ayat 2-5 mengenai karakter orang yang bertakwa Nampak jelas hubungan antara keimanan dan ketakwaan. Untuk bertakwa diperlukan syarat keimanan. Seseorang baru dapat dikatakan bertakwa jika ia telah beriman terlebih dahulu. Dan sebaliknya seorang beriman belum tentu dapat dikatakan bertakwa. Orang yang bertakwa adalah mereka yang tingkat keimanannya telah sempurna.

F. PROBLEMANTIKA, TANTANGAN DAN RESIKO DALAM KEHIDUPAN MODERN
Manusia dalam kehidupannya tidaklah selalu dalam keadaan yang menyenangkan, manusia terkadang bersentuhan dengan masalah-masalah yang terkadang rumit. Problema yang dihadapi manusia terkadang bukan hanya dalam satu bidang saja, melainkan juga tidak jarang dari berbagai bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, moral, social budaya dan lainsebagainya. Terlebih di era kehidupan modern ini, mau tidak mau manusia harus menghadapi perubahan yang begitu dahsyat yang mengharuskan manusia untuk beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat itu. Tak jarang bahkan perubahan tersebut membawa manusia pada keterasingan hidup dari agama, karena paham sekuler yang menyebar dari Barat. Untuk itulah iman dan ketakwaan menjadi benteng bagi manusia dalam kehidupannya.  

G. PERAN IMAN DAN TAKWA DALAM MENJAWAB PROBLEM DAN TANTANGAN KEHIDUPAN MODERN 
Iman setidaknya mempunyai beberapa pengaruh dalam kehidupan manusia diantaranya adalah melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan materi, semangat berani menghadapi maut, memberi ketentraman jiwa, menanamkan sikap ‘self help’ dalam kehidupan, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen. Sementara itu ketakwaan memiliki manfaat dan hikmah diantaranya, mendapatkan hidayah dan bimbingan dari Allah SWT, mendapat keberuntungan dalam kehidupan, mendapatkan ampunan dan pahala dari Allah SWT, mendapatkan rezeki dari Allah SWt tanpa diduga-duga (QS. Al-Hasyar/59:2), Mendapatkan barakah dari Allah SWT dalam segala aspek kehidupan (QS. Al-A’raf/7: 97) dan menempati surge jannatunna’iim (QS. Ali ‘Imran/3: 15).
Dari peran dan pengaruh iman dan takwa tersebut dalam kehidupan, maka peran keduanya sudah tentu sangat urgen atau penting dalam menjawab problema dan tantangan kehidupan modern sekarang ini. Keimanan dan ketakwaan akan memberikan kekuatan batin dan jiwa manusia, sehingga orang yang imannya kuat serta bertakwa tidak akan pernah gentar apalagi menyerah menghadapi berbagai cobaan hidup. Orang beriman dan bertakwa  tidak akan mudah putus asa, karena mereka yakin bahwa Allah SWT selalu menyertainya. Kekuatan orang beriman dan bertakwa didapati karena harapan kepada Allah. Al-Qur’an menegaskan dalam surat Al-Hadid (57) ayat ke-4, ”Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

1 komentar: