Selasa, 10 Juli 2012

BAB VII MATERI ETIKA, MORAL, & AKHLAK



BAB VII
ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK

A. KONSEP AKHLAK, IHSAN, ETIKA, DAN MORAL
Akhlak secara etimologis berasal dari bahasa Arab akhlaq, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq yang antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Istilah  akhlak berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang dicipta), dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam kata akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki, manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan). Dari pengertian etimologis tersebut, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.  
Dari pengertian etimologis tersebut, akhlak termasuk makna yang terpenting dalam hidup dan kehidupan manusia, karena: (1). Akhlak berkaitan dengan muamalah antara manusia secara individual juga kelompok, (2). Akhlak mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan. Dan (3). Mengatur hubungan hamba dengan Tuhan.  Akhlak terbagi dua yakni akhlak yang baik dan akhlak yang buruk.  Akhlak yang baik adalah pola perilaku yang dilandaskan dan manifestasi dari nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan. Ihsan berarti berbuat baik dan pelakunya disebut muhsin. Dalam al-Qur’an kata-kata ihsan dipakai antara lain untuk perbuatan seperti: berinfak, menguasai amarah,mema’afkan manusia, bersabar, bersungguh-sungguh dan bertakwa. Untuk itulah Zakiah Darajat dalam Dasar-Dasar Agama Islam (Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum) mengutarakan bahwa akhlak yang berkualitas ihsan disebut akhlakul karimah.
Secara leksikal (makna menurut kamus) kata akhlak mempunyai hubungan yang erat (bersinonim) dengan moral dan etika. Term etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Menurut istilah etika ialah studi tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenaran sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan di seluruh tingkah laku manusia. Di tempat lain, Dr. H. Hamzah Ya'qub dalam Etika Islam merumuskan: "Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran." 
Adapun term moral secara etimologis berasal dari bahasa Latin mores, jamak kata mos yang berarti adat kebiasaan. Lebih jauh, secara terminologis, Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan moral dengan ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Di tempat lain, moral diartikan sebagai suatu aturan atau tata cara hidup yang bersifat normatif yang dianut oleh masyarakat, yang menjadi acuan bagi pengikutnya, moral selalu mengacu kepada baik dan buruknya manusia, artinya tidak terbatas pada manusia dengan pelaku peran tertentu yang dimiliki.
Berdasarkan pengertian dari istilah moral, etika dan akhlak di atas kiranya dapat dipahami antara mereka terdapat perbedaan, di samping juga terdapat persamaan. Perbedaannya, etika menentukan baik atau buruk perbuatan manusia dengan tolok ukur akal pikiran, sedangkan moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang ada dalam masyarakat, kemudian akhlak tolok ukurnya adalah ajaran agama (Al-Qur'an dan As-Sunnah).

B. NILAI, NORMA, SIKAP, DAN TINGKAHLAKU
Nilai dan norma mempunyai pengertian yang sama, yakni hal-hal yang menjadi batasan setiap orang dalam melakukan sesuatu. Misalnya, norma agama salah satunya mengatur manusia dalam mengabdi kepada Allah SWt, norma kesopanan mengatur manusia dalam berperilaku sopan. Nilai dan norma hamper sama dengan etika, yakni mengatur atau membatasi tingkah laku atau sikap manusia dalam melakukan sesuatu. Adapun sikap dan tingkah laku merupakan bagaimana seseorang itu berperilaku. Sikap yang baik akan muncul jika seseorang itu memiliki jiwa yang baik, sebaliknya sikap atauy perilaku yang buruk akan muncul dari jiwa yang kotor.
Sistem nilai merupakan ketentuan umum yang merupakan pendekat filosofi dari keyakinan,sentimen dan identitas. Karena itu ada yang bersifat ilahiyah dan normatif serta ada yang bersifat mondial (duniawi) yang dirumuskan sebagai keyakinan, sentimen maupun identitas sebagai suatu kenyataan yang berlaku pada tempat dan waktu tertentu karenanya bersifat deskriptif. Sedangkan penjabarannya dalam bentuk formula, peraturan atau ketentuan pelaksanaannya disebut norma. Sistem nilai dan norma pengaruhnya terhadap tingkahlaku sangat tergantung kepada:
1)      Keyakinan yang menyeluruh terhadap sistem nilai dan norma
2)      Daya serap dari individu dan masyarakat dalam penggunaan sistem nilai dan norma
3)      Ada atau tidaknya pengaruh interdependensi dari sistem nilai dan norma yang lain
4)      Kondisi fisik, fisiologis dan psikologis seseorang.
5)      Halangan karena tertidur.

C. KARAKTERISTIK ETIKA ISLAM
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa etika atau akhlak dalam ajaran Islam bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Akhlak atau etika Islam tersebut mempunyai karakter tersendiri sebagaimana dijelaskan Dr. H. Hamzah Ya'qub dalam Etika Islam, yakni: 
1)      Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
2)      Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an dan al-Hadits yang shahih.
3)      Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada.
4)      Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia.



D. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK
Islam oleh para ulama dikelompokkan pada tiga kelompok (bagian) besar, yakni pertama adalah akidah (keyakinan) yang ilmu mempelajarinya dikenal dengan ilmu tauhid. Kedua, syari’ah atau hokum yang ilmu mempelajarinya dikenal dengan ilmu fikih. Terakhir adalah akhlak yang ilmu mempelajarinya dikenal dengan ilmu tasawuf atau ilmu akhlak. Dari ketiga klasifikasi tersebut tampak sebenarnya hubungan antara akhlak dengan tasawuf. Tasawuf merupakan proses pendekatan diri pada Allah SWT dengan cara mensucikan diri dan hati sesuci-sucinya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.

E. AKTUALISASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Aktualisasi akhlak dalam kehidupan merupakan pengamalan atau penerapan akhlak tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Aktualisasi akhlak tersebut setidaknya dikelompokkan pada:
1. Akhlak Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Zakiah Daradjat, berpendap bahwa akhlak terhadap Tuhan YME adalah sebagai berikut: a). Mengesakan Tuhan, b). Taat dan patuh (bertakwa) kepada Tuhan, c). Berdoa, d). Selalu mengingat-Nya, dan e). Berserah diri kepada-Nya. Adapun secara lebih detail akhlak tersebut adalah:
a)  Tindakan Berpikir
Keutamaan berpikir diantaranya adalah, mendapat pujian dari Tuhan Yang Maha Esa (Q.S:3 ayat 191), berpikir sesaat lebih baik daripada beribadat setahun (H.R. Ibnu Hibban), dapat menambah kedekatan dan rasa takut terhadap hukuman Tuhan Yang Maha Esa (H.R. Ibnu Hatim), untuk mengambil ketentuan dan atau keputusan (Imam Syafi’i), merupakan pokok pangkal untuk mendapatkan segala kebaikan, sebab itulah yang memindahkan sesuatu yang asalnya dibenci menjadi amat dicintai. Dan dapat menyebabkan berkembangnya ilmupengetahuan serta membuahkan kemakrifatan dan keuntungan.
Adapun hal-hal yang perlu dipikirkan adalah ketaatan/kepatuhan terhadap perintah dan larangan-Nya, kemaksiatan yang dapat menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan hidup, sifat-sifat yang menyelamatkan dan sipat-sipat yang merusak.
b). Zikir dan Do’a
Keutamaan zikir adalah akan selalu diingat dan diperhatikan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Q.S: 2: 152), mendapatkan tempat yang penuh kenikmatan dan kelezatan disurga (H.R. Tabrani), penyebab diampuninya segala dosa yang telah dilakukan (H.R. Muslim), merupakan amalan yang paling utama (H.R. Ibnu Hibban, Thabrani dan Baihaqi) dan permulaan zikir adalah ketenangan dan kecintaan karena selalu merasa dekat dan diperhatikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Adapun keutamaan do’a diantaranya adalah do’a adalah intisari ibadah (H.R. Tirmidzi), do’a merupakan senjata orang yang beriman, tiangnya agama dan cahaya langit dan bumi (H.R. Hakim dan Abu Ya’la), akan disenangi oleh Tuhan Yang Maha Esa, dapat menyelamatkan diri dari gangguan dan kejahatan makhluk, memudahkan dalam mencari dan mendapatkan rizki.
Lebih jauh, tatacara memanjatkan do’a adalah: 1). Memulai dan mengakhiri do’a dengan pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan perasaan yang khusyu’ dan penuh kerendahan serta pengharapan. 2). Memanfaatkan waktu-waktu diterimanya do’a. 3). Dengan bahasa yang baik (mencurahkan segala isi hati) dan terperinci, dan 4). Yakin akan dikabulkan, yakin bahwa apapun yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah yang terbaik untuk diri kita saat ini, sehingga tidak memaksakan kehendak kepada Tuhan.
c). Memohon Ampunan-Nya.
Rasulullah saw dalam kehidupan kesehariannya selalu memohon ampunan dan bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Esa sebanyak 70 sampai 100 kali. Padahal beliau sudah diampuni dan dijamin masuk surga, itulah bukti syukur beliau kepada Allah SWT. Maka kita sebagai manusia biasa seharusnya mentauladaninya (H.R. Bukhari dan Muslim).
d). Bertaubat
Kata taubat memiliki pengertian yang tersusun dari tiga perkara, yaitu ilmu, keadaan dan perbuatan. Ilmu ialah mengetahui dengan sebenar-benarnya betapa besarnya bahaya dosa jika dilakukan dan dosa-dosa itu sendiri merupakan racun yang sangat merusak jiwa, hati dan agama juga merupakan tabir antara seseorang dengan apa saja yang dianggap sebagai kekasihnya. Adapun syarat taubat adalah 1).  Menyesali atas dosa yang telah dilakukan. 2). Mohon ampun atas dosa yang telah dilakukan. 3). Berjanji untuk tidak mengulangi dosa tersebut dan 4). Mengganti dengan amal kebaikan.
2. Akhlak Terhadap Makhluk
Akhlak kepada makhluk Allah SWT dikelompokan atas:
a)      Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1)      Memelihara harga diri
2)      Bersikap
3)      Keperwiraan
4)      Tidak rakus tetapi tetap ada kesungguhan
5)      Menjauhkan diri dari riya
6)      Menjauhkan diri dari ujub
7)      Menjauhkan diri dari takabur
8)      Menjauhkan diri dari kemashuran untuk mendapatkan pujian
9)      Menjauhkan diri dari dari bermuka dua
10)  Jangan kikir (ilmu, tenaga maupun harta)
11)  Jangan mempunyai sifat iri dengki
12)  Jangan lekas berputus asa
13)  Selalu gembira dan penuh harapan
14)  Gemar kepada kemajuan
15)  Selalu berkata jujur
16)  Selalu mengharapkan tuntunan Tuhan agar menjadi manusia yang baik dan bermanfaat.

b)     Akhlak Terhadap Orang Tua
1)      Berbakti
2)      Mengurus nafkah hidupnya
3)      Menyenangkan hatinya dengan kata-kata dan perbuatan
4)      Taat dan hormat
5)      Membantunya dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama
6)      Berdo’a kepada Tuhan untuk keduanya
7)      Memuliakan keduanya dalam pergaulan sehari-hari
8)      Selalu menunjukkan rasa terima kasih.

c)      Akhlak Terhadap Suami-Istri
Akhlak suami kepada istri diantaranya adalah, menjadi pemimpin rumah tangga yang baik, menjaga perbuatan yang baik dengan istri, memberi belanja yang cukup, menjaga kesenangnnya yang baik, memimpin dalam kemajuan menambah ilmu pengetahuan, memelihara kerukunan hidup dan ketentraman rumah tangga, jangan berbuat sesuatu yang menyakitkan hati istri, menghindarkan perdebatan dalam berbicara dan perbuatan, membela istrinya dalam segala sesuatu dan sayang sama mertua dan anak-anak.
Adapun akhlak istri kepada suaminya diantaranya adalah  berbakti kepada Allah SWT dan suaminya, setia dan taat kepada suami, memelihara kehormatan rumah tangganya, memberikan pelayanan yang memuaskan, tidak menerima tamu yang tidak disukai suaminya, berhemat dalam belanja, selalu menggunakan bahasa yang lemah lembut dan sikap yang manis, selalu bersabar dan bertawakkal kepada Tuhan, mempunyai wawasan yang luas dan rajin ibadah, menjaga dan mendidik anak-anak dirumah dengan baik, dan selalu menyenangkan suami.

d)     Akhlak Terhadap Sesama Manusia
1)      Mempunyai rasa malu
2)      Berlaku adil
3)      Berkata jujur dan benar
4)      Selalu manis budi bahasa, ramah tamah
5)      Selalu ringan tangan, gemar menolong orang
6)      Selalu menghargai pendapat orang lain.

e)      Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup
1)      Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam (Q.S. 3:190)
2)      Menjaga, memelihara dan melestarikan alam
3)      Memanfaatkan sumber daya alam untuk kemaslahatan bersama (Q.S. 2:60)
4)      Tidak mengeksplorasi alam secara berlebihan yang mengakibatkan terjadinya krisis sumber daya alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar